Perempuan yang bergerak untuk lingkungan
Good day, Gempar UGR !
Perayaan Hari Perempuan tanggal 8 Maret jadi momentum untuk bercerita tentang betapa banyaknya perempuan yang bergerak untuk menjadikan bumi tempat yang lebih baik.
Mari kenalan dengan Astari Arma, seorang direct dialogue campaigner di Greenpeace Indonesia. Kamu mungkin tidak mengenal Astari secara personal, tapi mungkin pernah melihat Astari atau direct dialogue campaigner lainnya di berbagai tempat umum dengan seragam hijau ala Greenpeace.
Direct dialogue campaigner atau yang juga disebut street fundraiser adalah tulang punggung Greenpeace untuk menyampaikan pesan lingkungan kepada masyarakat secara tatap muka. Astari sendiri sudah membagikan pesan lingkungan serta ajakan berdonasi ke lebih dari 32 ribu orang di berbagai kota.
Sejak pandemi melanda Indonesia satu tahun yang lalu, kegiatan street fundraising dihentikan dan Astari harus mencari cara lain untuk berinteraksi dengan masyarakat. Kini ia bersama tim menyapa para pendukung Greenpeace melalui email, telepon, dan juga menerima donasi melalui kitabisa.com. Baca kisah lengkapnya di sini.
Tertarik mengetahui lebih banyak soal kampanye dan donasi untuk Greenpeace? Kamu bisa cek di sini.
Perempuan lainnya yang juga bergerak bersama Greenpeace Indonesia adalah Hindun Mulaika, seorang manajer kampanye iklim dan energi. “Saya ingin menjadi bagian dari generasi yang melawan ketidakadilan,” ujar Hindun tentang alasannya bergabung dengan Greenpeace.
Dalam pekerjaannya, Hindun sudah melihat banyak orang yang kesulitan mempertahankan tempat tinggal mereka dan bagaimana keserakahan manusia menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini memotivasinya untuk terus berkampanye
bersama Greenpeace, agar setidaknya ia bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucunya kelak.
Hindun dan 49 orang perempuan lainnya di seluruh dunia berbagi cerita tentang pengalaman mereka di Greenpeace, juga motivasi dan mimpi mereka untuk masa depan lewat video #WomenAtGreenpeace.
Bergerak sama-sama yuk, bund~
Bergerak tidak melulu tentang kampanye-kampanye besar. Bergerak bisa kita mulai dari mengurangi personal waste. Laporan Bumi Tanpa Plastik dari Greenpeace Indonesia tahun 2021 mencatat bahwa 75% masyarakat sudah berusaha mengurangi penggunaan plastik, terutama yang sulit terurai, dengan berbagai upaya pribadi.
Tapi ada beberapa masalah yang paling mendasar.
“Cukup sulit mengedukasi orang-orang di rumah, karena kita tahu, memilah sampah adalah hal yang tidak biasa,” ujar Ranie Untara, seorang ibu yang aktif membagikan informasi tentang less waste living melalui akun Instagramnya @ranieuntara.
Para perempuan, termasuk ibu, menjadi garda terdepan untuk membangun kesadaran lingkungan dalam rumah tangga. Menurut Ranie, salah satu cara paling efektif adalah dengan memberikan contoh nyata secara berkelanjutan.
Dimulai dari mengenalkan bank sampah pada anak, membawa kemasan sendiri ketika berbelanja, hingga mengajak anak bepergian ke alam untuk mengintegrasikan
Masalah lainnya adalah peningkatan konsumsi barang-barang pribadi karena tren di sosial media. Hal ini dialami oleh Anka Yama, seorang perempuan yang aktif membagikan informasi tentang eco-beauty melalui akun instagramnya @ankayama.
Anya, begitu ia biasa disapa, mulai terbuka dengan kesadaran lingkungan setelah merasakan sendiri bagaimana kumpulan kemasan produk perawatan kulit bisa menjadi sampah yang menggunung jika dibuang begitu saja. Hmm, ada yang merasakan hal yang sama?
Lewat jalur beauty ia akhirnya berusaha mengedukasi diri sendiri dan orang lain untuk selalu mendaur ulang kemasan produk kecantikan, menghabiskan produk sebelum membeli yang baru, dan memilih produk yang lebih ramah lingkungan.
Baik Ranie maupun Anya sama-sama merasakan bahwa setelah menerapkan kesadaran lingkungan dalam keseharian, mereka berdua tidak lagi FOMO (Fear Of
Missing Out) atau takut ketinggalan tren. Lebih menyadari tentang kebutuhan dibanding dengan keinginan adalah tujuan yang harus terus diusahakan agar tidak semakin banyak sampah pribadi yang dihasilkan.
Untuk kamu yang juga ingin mulai bergerak, mereka berdua setuju bahwa belajar memilah sampah adalah langkah awal yang baik. Kalau sampah kering bisa didaur ulang, Ranie dan Anya memilih mengkompos sampah basah mereka agar tidak berakhir di TPA. Hal ini bisa mengurangi jejak karbon dalam rangkaian pemindahannya, lho.
Mulai tertarik untuk mengompos juga? Ikuti program Ngompos Kuy! kolaborasi Greenpeace Indonesia dengan Kota Tanpa Sampah yang bakal dimulai besok!
Yang juga harus kamu tahu...
Grup penyanyi perempuan BLACKPINK ditunjuk menjadi duta Konferensi Perubahan Iklim PBB yang ke-26. Mereka dianggap sukses menyampaikan pesan peduli perubahan iklim, lewat video berjudul “CALLING ALL BLINKS: CLIMATE ACTION IN YOUR AREA!
#COP26” yang dirilis Desember 2020. Video tersebut telah diputar lebih dari sepuluh juta kali di semua platform. Konferensinya sendiri dijadwalkan akan berlangsung di Glasgow, Skotlandia pada akhir tahun 2021.
Apa yang bisa diharapkan dari hal ini? Keterlibatan BLACKPINK diharapkan dapat mengajak lebih banyak orang untuk peduli tentang masalah perubahan iklim, terutama fans mereka sendiri. K-pop sebagai genre musik yang kian mendapat perhatian global bisa menjadi jembatan antara kesadaran tentang perubahan iklim bagi para milenial dan generasi Z.
Kami akan terus memberikan kabar terbaru soal bumi dan isu iklim pada kalian. Karena kami yakin, semakin kita paham tentang isu iklim, semakin siap kita beraksi mengubah dunia dan bersama mencegah dampak Krisis Iklim.
Salam,
Greenpeace Indonesia

Post a Comment