Badai pasti berlalu. Bagaimana dengan #KrisisIklim?
Ketika awal bulan April selalu identik dengan April Fool’s Day dan candaan, dengan berat hati kami harus kembali menyadarkan kamu kalau #KrisisIklim tidak bercanda dan tanda-tanda yang kamu lihat selama ini adalah nyata.
Indonesia termasuk salah satu negara yang tidak henti-hentinya diguncang tanda Krisis Iklim. Salah satunya adalah kenaikan muka air laut di pesisir pantai yang mengganggu aktivitas warga sehari-hari.
Film dokumenter kami tentang hal ini, Tenggelam Dalam Diam, yang berkolaborasi dengan Watchdoc sudah tayang untuk umum. Kamu bisa menonton filmnya di sini.
Kami sangat berharap film ini bisa membantu kamu memahami bahwa Krisis Iklim mengancam siapapun, dimanapun, dan sewaktu-waktu dapat berubah menjadi krisis kemanusiaan. Ditunggu komentar kamu tentang film ini di media sosial kami ya!
Selain itu, tanda Krisis Iklim secara nyata juga terlihat dari bagaimana kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
masih akan terus menghantui. Indonesia akan sulit berharap terbebas dari karhutla selama pemerintah masih memberi kelonggaran kepada sejumlah industri untuk menggarap lahan gambut dan upaya restorasi belum dilakukan dengan maksimal.
Mengutip CNN, target terbaru restorasi lahan gambut Indonesia adalah 1,2 juta hektar pada 2024.
Untuk melihat efektivitas upaya pemerintah dalam merestorasi gambut, Greenpeace Indonesia melakukan analisis terhadap kejadian kebakaran di Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) dan di area yang
telah terdampak program restorasi tahun 2016-2018.
Dirilis dalam laporan “Restorasi Hilang dalam Kabut Asap”, hasilnya menunjukan bahwa hampir sepertiga dari KHG di 7 provinsi prioritas restorasi gambut berada pada level kritis. Penyebabnya: penggunaan lahan untuk Hutan Tanaman Industri dan perkebunan sawit skala besar.
Jadi penasaran, pemerintah serius gak ya dalam upaya restorasi lahan gambut? Gimana nih komitmen vs realisasinya?
Sayangnya, yang palsu-palsu memang bikin banyak yang terkecoh. Contohnya solusi palsu pengurangan plastik, yang kemudian hanya diganti material sekali pakai lainnya. Tidak ada waktu lagi untuk terus terjebak dalam krisis polusi plastik!
Kami mengajak kamu untuk share konten-konten solusi pengurangan plastik dari Instagram Greenpeace Indonesia dengan hashtag #BreakFreeFromPlastic #PantangPlastik untuk mendesak para produsen mengambil tanggung jawab mereka terhadap pemakaian kemasan plastik. Kamu juga bisa tanda tangan petisinya di sini.
Yang juga harus kamu tahu...
Indonesia menargetkan bebas karbon emisi pada tahun 2070. Mengutip The Jakarta Post, hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim dan waktu tersebut dianggap paling realistis. Padahal banyak negara menargetkan pencapaian ini di tahun 2050.
Bagaimana rencana Indonesia akan mencapai target tersebut? Belum ada rencana atau strategi yang dibagikan ke publik soal ini.
Apa yang bisa kita harapkan dari hal ini? Kita perlu mendesak pemerintah untuk konsisten dalam pelaksanaan kebijakan terkait emisi agar bisa mencapai target net-zero. Pengurangan emisi jenis apapun seharusnya dilakukan dengan sesegera mungkin. Kalau boleh mengutip Greta Thunberg sih, “Apa yang kita lakukan sekarang adalah yang paling penting.”
Tahun 2020 jadi pertama kalinya tidak ada bank pembangunan multilateral (MDB) yang mendanai proyek batu bara, menurut hasil riset dari Energy Policy Tracker dan The Big Shift Global. Meskipun transparansi keuangan dari bank masih menjadi masalah.
Apa lagi hasil riset tersebut? Pendanaan untuk energi hijau mencapai 12 miliar dollar dan masih ada pendanaan pada bahan bakar fosil sebesar 3 miliar dollar. Ada penurunan pendanaan bahan bakar fosil sebesar 40% pada tahun 2018-2020, dibandingkan dengan 2015-2017.
Kami berterima kasih pada kamu yang masih peduli dengan iklim dan bumi kita. Kami akan terus memberikan kabar terbaru soal ini.
Salam,

Post a Comment